Dosen Tak Ada yang Pelit Nilai (Guidance Sesat Memilih Dosen FEB)
18
Friday
Feb 2011
Posted in College: Black and Blue, Life Is Beautiful
Yah, saya sadar ada beberapa di antara
Anda-Anda semua yang akan berpikir, “What?? Sombong banget nih yang
punya blog!” atau ada yang ingin bilang, “What the h*ll!!”. Tapi karena
ini adalah blog saya -dan saya berhak menulis apapun –> APAPUN!!!-
jadi terserah kalian mau berpendapat apa. Silakan menanggapi, karena
saya adalah tukang kritik jadi I don’t mind dikritik juga.
Tapi, saya adalah penganut pendapat: “Tak
ada dosen yang ingin mahasiswanya dapat nilai jelek”. Analoginya, tak
ada dokter manapun yang ingin pasiennya masih tetap sakit atau tambah
kronis sakitnya apalagi sampai mati. Bayangkan jika dokter itu bertemu
dengan dokter yang lain dan menanyakan, “Bagaimana pasienmu?” Saya yakin
-bahkan haqqul yakin– kalau Sang Dokter tak akan bangga saat
mengatakan bahwa pasiennya masih begitu-begitu saja, belum menunjukkan
perkembangan padahal potensi sembuhnya sangat besar.
Ada dua masalah di sini: Masalah PENYAMPAIAN MATERI dan NILAI.
Layaknya produsen dan konsumen, dalam
masalah penyampaian nilai, kita adalah konsumen dan dosen adalah
produsen. Yang ada hanyalah dosen yang memiliki ekspektasi dan standar
tinggi terhadap kelasnya atau dosen yang cukup memaklumi bahwa
mahasiswa-mahasiswanya ini memang pemalas dan tak mau susah. Yang ada
adalah dosen yang mengajarkan hal yang sama dengan cara yang berbeda:
ada yang aktif berinteraksi dengan mahasiswa, ada yang kasih insight pengalaman-pengalaman empiris karena Bapak/Ibunya banyak berkecimpung jadi praktisi, ada yang terlalu slide-minded kayak mahasiswa, ada yang text-book banget, dll, dll. Terserah kita mau memilih produk yang mana agar kita dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai high satisfaction.
Masalah nilai malah sebaliknya. Kita dan
dosen seperti produsen dan konsumen. Konsumen minta apa, kita harus bisa
memberikannya. Semua itu sudah terangkum dalam daftar ukuran yang
diminta oleh konsumen: SILABUS. Ya, itulah arah peta kita untuk sukses
mengambil kitab suci di Barat. Biasanya akan ada beberapa item, seperti
partisipasi, kehadiran, kuis, tugas, presentasi, UTS, UAS. Masing-masing
dosen memberikan poin yang berbeda. Yang membuat bingung, terkadang ada
beberapa dosen yang “tidak konsisten” dengan format penilaian di
silabus. Jangansalah, ketidakkonsistenan ini bisa berakibat nilai kita
jauh di bawah ataupun di atas ekspektasi awal.
Baiklah. Berawal dari perang KRS FEB UGM
yang sangat terkenal, dilanjutkan dengan motto “kelas/dosen menentukan
prestasi”, maka muncullah pertanyaan beberapa anak tentang dosen-dosen
yang recommended untuk mata kuliah tertentu dan sambungan buanyak pertanyaan lainnya. Well, at the first sight it was okay to receive such a question. Tetapi saat timbul kekhawatiran yang berlebihan seperti, “Kata Si Anu kok kelas
Bapak X ini kemarin kebanyakan dapat C dan D? Benar pas kelas Mbak dulu
pada dapat A dan B?” setelah saya menjelaskan panjang lebar tentang
Bapak X itu dan bagaimana caranya mendapatkan nilai A di kelasnya, jelas
saya merasa pertanyaan ini agak annoying. Jadi, daripada
bertanya-tanya terus menerus dengan jawaban yang berbeda-beda, saya akan
memberikan pendapat -yang jelas subjektif- di sini. Tapi, saya akan
mencoba menggambarkan secara deskriptif tentang masing-masing dosen yang
pernah saya ikuti kelasnya.
Satu hal yang harus diketahui di sini:
saya tipe mahasiswa yang harus suka mengikuti kelas tertentu. Jika
sudah suka, saya akan melakukan apapun yang diminta untuk mendapatkan
ilmu dan tentu saja nilai Ada dua faktor saya merasa click
dengan sebuah kelas: satu, karena saya tertarik mempelajari ilmu yang
diajarkan walaupun dosennya tidak sesuai. Yups, saya adalah mahasiswa
yang suka banyak ineraksi antara dosen dan mahasiswa. Saya suka tipe
dosen yang banyak memberikan insight selain apa yang sudah
tertulis di buku. Atau kedua, saya menyukai dosennya walaupun mata
kuliahnya bukan bidang yang saya minati. Kenapa hal ini penting? Karena
inilah yang menjadi dasar penilaian saya terhadap para dosen yang akan
tertulis di bawah ini. Ingat, ini di masa saya. Mungkin ada sedikit
perubahan tentang frekuensi pemberian tugas atau lainnya.
Let the story begins…
37. Heru Marwata (Bahasa Indonesia)
Banyak bercerita di dalam kelas,
penjelasan disertai dengan contoh, selera humor tinggi, banyak
memberikan tugas membuat esai singkat satu atau dua paragraf tentang
tema tertentu, latihan penulisan banyak dijadikan contoh untuk
mengetahui kesalahan masing-masing. Nilai partisipasi berpengaruh, jika
memiliki tulisan jenis apa saja -artikel, esai, cerpen- yang pernah
dimuat di media atau memenangkan lomba tertentu atau tidak mendapatkan
apapun bisa dikirimkan ke email Pak Heru untuk mendapat kritik dan saran
dan sangat berpengaruh signifikan membantu nilai, hasil ujian sangat
berpengaruh.
Hore aku ada di sini, nomor 37. Sip.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar