DAM ~ Sajak Heru Marwata
Tak pernah berhenti
Meneteskan embun
Di setiap raut hari
Dari kuntum zaitun
Tawanya adalah kilau asah
Dari mata tajam kata
Candanya adalah pulau entah
Dari surga ragam cinta
Membelai
Waktu, lagu, dan harmonia
Dari segenap penjuru wacana
Menukikkepaki jelajah dunia
Di antara debur memori
Samudra biru bertebar rinai
Tepinya tak kenal pinggir
Di tengahnya disila mampir
Membebaskan pola segenap pikir
Ujung kisahnya tiada akhir
Mari, mari, ajaknya
Mencoba kekuatan makna
Membebani kata-kata
Dan membiarkan kita
Bermain, melukis, menoreh
Atau menjejakkan dendang hati
Di setiap bait pagi
Dalam porsi piring puisi
(Gz, 17/1/11)
Meneteskan embun
Di setiap raut hari
Dari kuntum zaitun
Tawanya adalah kilau asah
Dari mata tajam kata
Candanya adalah pulau entah
Dari surga ragam cinta
Membelai
Waktu, lagu, dan harmonia
Dari segenap penjuru wacana
Menukikkepaki jelajah dunia
Di antara debur memori
Samudra biru bertebar rinai
Tepinya tak kenal pinggir
Di tengahnya disila mampir
Membebaskan pola segenap pikir
Ujung kisahnya tiada akhir
Mari, mari, ajaknya
Mencoba kekuatan makna
Membebani kata-kata
Dan membiarkan kita
Bermain, melukis, menoreh
Atau menjejakkan dendang hati
Di setiap bait pagi
Dalam porsi piring puisi
(Gz, 17/1/11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar