Minggu, 30 Oktober 2016


Dosen Tak Ada yang Pelit Nilai (Guidance Sesat Memilih Dosen FEB)

Posted by in College: Black and Blue, Life Is Beautiful

Yah, saya sadar ada beberapa di antara Anda-Anda semua yang akan berpikir, “What?? Sombong banget nih yang punya blog!” atau ada yang ingin bilang, “What the h*ll!!”. Tapi karena ini adalah blog saya -dan saya berhak menulis apapun –> APAPUN!!!- jadi terserah kalian mau berpendapat apa. Silakan menanggapi, karena saya adalah tukang kritik jadi I don’t mind dikritik juga.
Tapi, saya adalah penganut pendapat: “Tak ada dosen yang ingin mahasiswanya dapat nilai jelek”. Analoginya, tak ada dokter manapun yang ingin pasiennya masih tetap sakit atau tambah kronis sakitnya apalagi sampai mati. Bayangkan jika dokter itu bertemu dengan dokter yang lain dan menanyakan, “Bagaimana pasienmu?” Saya yakin -bahkan haqqul yakin– kalau Sang Dokter tak akan bangga saat mengatakan bahwa pasiennya masih begitu-begitu saja, belum menunjukkan perkembangan padahal potensi sembuhnya sangat besar.
Ada dua masalah di sini: Masalah PENYAMPAIAN MATERI dan NILAI.
Layaknya produsen dan konsumen, dalam masalah penyampaian nilai, kita adalah konsumen dan dosen adalah produsen. Yang ada hanyalah dosen yang memiliki ekspektasi dan standar tinggi terhadap kelasnya atau dosen yang cukup memaklumi bahwa mahasiswa-mahasiswanya ini memang pemalas dan tak mau susah. Yang ada adalah dosen yang mengajarkan hal yang sama dengan cara yang berbeda: ada yang aktif berinteraksi dengan mahasiswa, ada yang kasih insight pengalaman-pengalaman empiris karena Bapak/Ibunya banyak berkecimpung jadi praktisi, ada yang terlalu slide-minded kayak mahasiswa, ada yang text-book banget, dll, dll. Terserah kita mau memilih produk yang mana agar kita dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai high satisfaction.
Masalah nilai malah sebaliknya. Kita dan dosen seperti produsen dan konsumen. Konsumen minta apa, kita harus bisa memberikannya. Semua itu sudah terangkum dalam daftar ukuran yang diminta oleh konsumen: SILABUS. Ya, itulah arah peta kita untuk sukses mengambil kitab suci di Barat. Biasanya akan ada beberapa item, seperti partisipasi, kehadiran, kuis, tugas, presentasi, UTS, UAS. Masing-masing dosen memberikan poin yang berbeda. Yang membuat bingung, terkadang ada beberapa dosen yang “tidak konsisten” dengan format penilaian di silabus. Jangansalah, ketidakkonsistenan ini bisa berakibat nilai kita jauh di bawah ataupun di atas ekspektasi awal.
Baiklah. Berawal dari perang KRS FEB UGM yang sangat terkenal, dilanjutkan dengan motto “kelas/dosen menentukan prestasi”, maka muncullah pertanyaan beberapa anak tentang dosen-dosen yang recommended untuk mata kuliah tertentu dan sambungan buanyak pertanyaan lainnya. Well, at the first sight it was okay to receive such a question. Tetapi saat timbul kekhawatiran yang berlebihan seperti, “Kata Si Anu kok kelas Bapak X ini kemarin kebanyakan dapat C dan D? Benar pas kelas Mbak dulu pada dapat A dan B?” setelah saya menjelaskan panjang lebar tentang Bapak X itu dan bagaimana caranya mendapatkan nilai A di kelasnya, jelas saya merasa pertanyaan ini agak annoying. Jadi, daripada bertanya-tanya terus menerus dengan jawaban yang berbeda-beda, saya akan memberikan pendapat -yang jelas subjektif- di sini. Tapi, saya akan mencoba menggambarkan secara deskriptif tentang masing-masing dosen yang pernah saya ikuti kelasnya.
Satu hal yang harus diketahui di sini: saya tipe mahasiswa yang harus suka mengikuti kelas tertentu.  Jika sudah suka, saya akan melakukan apapun yang diminta untuk mendapatkan ilmu dan tentu saja nilai🙂 Ada dua faktor saya merasa click dengan sebuah kelas: satu, karena saya tertarik mempelajari ilmu yang diajarkan walaupun dosennya tidak sesuai. Yups, saya adalah mahasiswa yang suka banyak ineraksi antara dosen dan mahasiswa. Saya suka tipe dosen yang banyak memberikan insight selain apa yang sudah tertulis di buku. Atau kedua, saya menyukai dosennya walaupun mata kuliahnya bukan bidang yang saya minati. Kenapa hal ini penting? Karena inilah yang menjadi dasar penilaian saya terhadap para dosen yang akan tertulis di bawah ini. Ingat, ini di masa saya. Mungkin ada sedikit perubahan tentang frekuensi pemberian tugas atau lainnya.
Let the story begins…
 

37. Heru Marwata (Bahasa Indonesia)
Banyak bercerita di dalam kelas, penjelasan disertai dengan contoh, selera humor tinggi, banyak memberikan tugas membuat esai singkat satu atau dua paragraf tentang tema tertentu, latihan penulisan banyak dijadikan contoh untuk mengetahui kesalahan masing-masing. Nilai partisipasi berpengaruh, jika memiliki tulisan jenis apa saja -artikel, esai, cerpen- yang pernah dimuat di media atau memenangkan lomba tertentu atau tidak mendapatkan apapun bisa dikirimkan ke email Pak Heru untuk mendapat kritik dan saran dan sangat berpengaruh signifikan membantu nilai, hasil ujian sangat berpengaruh.

Hore aku ada di sini, nomor 37. Sip.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar